Review Film BARBARIAN


Film horor selalu membawa kita menuju wilayah gelap. Beberapa lebih gelap dari yang lain. Begitu gelap, tiada kisi-kisi bagi cahaya harapan untuk menyelinap masuk. Di Barbarian, hal paling mengerikan (sekaligus menyenangkan) adalah, kita tidak pernah tahu seberapa jauh filmnya bakal menarik kita menuju kegelapan, dan semakin sedikit kalian tahu tentangnya, semakin baik. 

Tess (Georgina Campbell) kaget saat rumah yang ia sewa melalui Airbnb ternyata juga disewa oleh orang lain, yakni seorang pria bernama Keith (Bill Skarsgård). Meski was-was, akibat derasnya guyuran hujan di malam hari, Tess terpaksa bermalam di sana. Apakah ini kebetulan, atau justru akal-akalan Keith?

Saya takkan mengungkapnya, dan akan menghentikan pembahas plot di sini. Sekali lagi, semakin sedikit kalian tahu, semakin baik. Pastinya, film ini jago memancing kecurigaan penontonnya, dan dari situ intensitas bisa dibangun. Tapi Campbell dan Skarsgård menghantarkan chemistry kuat, pelan-pelan mengubah ketegangan jadi obrolan hangat, sampai membuat saya berharap kelak keduanya disatukan dalam romcom. 

Selama 102 menit, naskah buatan sang sutradara, Zach Cregger, tampil dengan beberapa titik balik tak terduga. Setiap kali kita merasa telah sampai di tujuan, filmnya mengungkap bahwa masih ada rahasia lain yang belum terungkap, pula kegelapan lain yang belum disambangi. Kepiawaian juga ditampilkan Cregger dalam menyutradarai. Jump scare buatannya efektif, pacing solid serta keberhasilan memanfaatkan ruang gelap pun jadi kunci terciptanya ketegangan.

Barbarian makin spesial karena punya protagonis cerdik. Sambutlah Tess, karakter dalam film horor yang menolak begitu saja memasuki ruangan gelap (that "nopescene is hilarious). Kala tindakannya terkesan nekat, itu didasari kepedulian atau keputusasaan dalam upaya bertahan hidup. Tapi dia pintar. Mungkin karena itu Barbarian selalu memunculkan kejutan. Agar dapat mengakali karakter pintar, ia harus lebih pintar, tampil dengan hal-hal aneh nan misterius yang ada di luar jangkauan si karakter. 

Begitu Barbarian mencapai titik balik, kisahnya pun berkembang. Bukan lagi hanya mengumbar kengerian, pula menyentil isu relevan mengenai gender, yang berujung pada pertanyaan, "Siapa barbarian sebenarnya?", sembari menegaskan pesan penting tentang "no means no". Barbarian begitu liar dan kayasetelah filmnya berakhir saya menengok ke belakang, lalu terkejut saat menyadari sudah sejauh apa saya diajak berpetualang menyusuri kegelapan.

Comments

Popular posts from this blog

Review Film KERAMAT 2: CARUBAN LARANG

Review Film Holy Spider

Review Film - No Bears